Seketika detak jantung melemah, ingin melepaskan semuanya dengan teriakan yang keras, dengan airmata yang terus mengalir, dengan sejuta pertanyaan-pertanyaan yang membuat engkau menuntut jawaban sesegera mungkin.
Tidak semua orang mampu menghadapi peristiwa ini dengan tenang dan sesegera mungkin move on. Beberapa orang mungkin mampu menghadapi peristiwa ini dengan tenang, lebih mampu menguasai emosinya. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa beberapa orang juga kurang mampu menghadapi peristiwa ini. Mereka membutuhkan waktu yang lama untuk pulih dan bangkit kembali.
Peristiwa yang saya maksud adalah Kehilangan. Kehilangan seseorang yang sangat berarti. Seseorang yang telah lama menjaga, merawatmu, menasehatimu, membesarkanmu, dan menyayangimu. Seseorang yang menjadi temanmu dalam membuat harapan-harapan yang ingin di capai.
Namun, seketika ia kaku, suaranya tidak terdengar oleh pendengaran yang tajam sekalipun, warna kulitnya berubah, dia menjadi objek orang-orang datang untuk berkunjung, mereka berdoa dan menghibur orang-orang yang ia tinggalkan. Banyak persekutuan yang mereka laksanakan saat itu.
Beberapa keadaan akhirnya berubah.
Setiap kehilangan mempunyai masalah khasnya sendiri. kebanyakan
timbul dari sifat hubungan kita dengan orang tersebut. Kehilangan
seseorang yang berarti dalam hidup kita akan sangat menyaktikan.
Berapapun
waktu yang kita butuhkan dan apapun yang kita rasakan saat kehilangan, adalah
penting untuk tetap bersabar dan mengizinkan proses pemulihan berjalan.
Dalam mengahadapi
rasa duka karena kehilangan orang yang berarti, kita harus menyadari bahwa
hidup takkan lagi sama. Kita perlu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
kita untuk menghadapi kehilangan itu. Bukan dengan melihat masalah secara
berlebihan. Kita perlu memahami arti sebenarnya dari hidup dengan kehilangan, dan
bersikap lebih baik terhadapnya
Kehilangan bagi orang
percaya adalah kekuatan dalam hidup persekutuan dengan Tuhan bukan hanya
sebagai satu hal akhir dari hidup.Ini adalah pintu menuju hidup kekal
yaitu kelepasan dari segala dosa menuju hidup kepada kehidupan bersama Allah.
Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.”
Amsal 4:25-26