Kamis, 26 Desember 2019

Lahir untuk berbuah

Saya pernah membaca sebuah buku karya Cindy Jacobs, dalam buku tersebut dia menceritakan sebuah kisah mengenai pohon indah, saat pohon itu bertubuh besar dan memiliki bunga-bunga yang indah. Pohon itu memandang kepada bunga-bunga, dan saat itu pohon tersebut menyimpulkan bahwa bunga daripohon tersebut akan tetap abadi.
Akan tetapi, ketika musim semi berlalu, bunga-bunga itu berguguran dan bola-bola yang keras mulai muncul dari asal di mana bunga-bunga yang pernah memberikan kesan semarak pada pohon itu. Hal ini membingungkan sang pohon,  yang tidak mengetahui benda apakah itu. Waktu berlalu dan bola-bola kecil yang keras itu bertumbuh menjadi apel-apel yang masak. Kemudian, pohon itu sadar bahwa ia diciptakan untuk menghasilkan buah dan bukan berbunga.

Kisah ini sama dengan jalan Allah untuk orang-orang yang terpanggil untuk melayani. Banyak para pemimpin muda berpikir bahwa bunga-bunga itulah panggilan hidup mereka. Itulah yang terjadi.
Tetapi sebenarnya, Tuhan memanggil mereka untuk berbuah bukan hanya sampai pada bunga yang indah saja.


Ada proses yang harus dilewati, saat musim semi berlalu, bunga-bunga itu akan berguguran dan akan muncul bola-bola keras asal dimana bunga-bunga yang pernah memberikan kesan semarak pada pohon itu.
Demikian juga saat kita terpanggil untuk melayani, bukan hanya ketika kita mengetahui potensi atau bakat kita, maka sampai disitulah panggilan Allah bagi hidup kita.
Tidak, saat kita menyadari hal itu, kita harus menggunakan potensi atau bakat kita tersebut lebih lagi dalam pelayanan tetapi bukan menurut keinginan sendiri tetapi kehendak Allah.

Ada proses yang harus dilewati, mungkin ketidakpercayaan diri untuk menampilkan potensi tersebut. Tetapi, bukankah semuanya untuk Tuhan?


Jika saat ini, mungkin anda sedang dalam keadaan seperti ini, merasa bahwa sekarang yang sedang anda lakukan merupakan panggilan Tuhan bagi anda.
Mari pikirkan kembali, apakah anda seperti pohon indah yang berpikir bahwa panggiannya untuk berbunga ternyata adalah untuk berbuah.

Pertanyakan kembali kepada Tuhan, apakah panggilan anda sudah benar-benar dijalan Allah.

Sebagai penutup, ayat ini semoga meneguhkan dan menguatkan kita semua
Yohanes 15:16

Tuhan Yesus memberkati
Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah 😍

Sabtu, 14 September 2019

Tanggungjawab didalam kebebasan

Semuanya di beri kebebasan. Bebas untuk berkehendak.
Namun, seringkali kebebasan itu yang akan menunjukkan kearah mana kita harus melangkah. Kebebasan bisa jadi menjadi suatu tujuan yang akan kita capai.
Namun, kita berhak untuk bebas menuju kearah yang benar bahkan sebaliknya (tapi siapa sih yang mau kearah yang salah?).
Beberapa dari kita sering menyalahkan diri sendiri bahkan orang lain, saat kebebasan yang kita inginkan tidak tercapai. Bahkan dalih yang akan muncul saat kebebasan kita seolah-olah di ambil orang lain.
So, bagaimana kita bisa mempergunakan hak kebebasan kita itu menuju ke arah yang benar?
Itu dia, seharusnya ketika kita ingin menggunakan kebebasan itu, pertanyaan diataslah yang mesti kita tanyakan didiri kita.
Dengan selalu menyerahkan segalanya di hadapan Tuhan, maka kebebasan kita akan tetap terikat kepada hal-hal yang baik.
Kebebasan kita mesti kita pertimbangkan, baiklah untuk diri kita sendiri dan juga bagi sesama kita?
Kebebasan yang sesungguhnya adalah kebebasan yang disertai dengan tanggung jawab. Bukan hanya suatu kebebasan yang menyenangkan diri sendiri tetapi lupa melakukan tanggungjawab.
Beberapa orang berkata kebebasan dan tanggungjawab sangat tidak mungkin untuk melakukan kedua-duanya di waktu yang bersamaan. Tetapi sesungguhnya, kebebasan yang disertai tanggung jawab hasilnya sangat baik bahkan menuju kearah yang benar.

Jadi, mari kita menggunakan hak kebebasan kita dengan penuh tanggungjawab

Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah

Rabu, 31 Juli 2019

Perasaan sudah melakukan yang terbaik

Melewati bagian-bagian waktu yang di berikan oleh sang Penguasa, sampai akhirnya saya merasa jenuh dan berpikir saya sudah melakukan yang terbaik. Tapi, ada sesuatu yang sepertinya mencekik saya saat kalimat itu muncul di pikiran saya. Benarkah saya sudah melakukan yang terbaik? yeah, mungkin dengan alasan saya well, toh yang saya lakukan adalah pelayanan untuk Tuhan bukan seperti mereka yang memikirkan diri mereka saja (pede amat ya). Akan tetapi saya sadar jika semua yang sudah saya lewati dan yang saya lakukan bukanlah yang terbaik. yaps, terbaik menurut saya sendiri, tetapi saya berpikiran tentang bagaimana menurut orang lain dan terlebih Tuhan. 

Saya beberapa waktu mendengar sebuah lagu yang menyatakan kuhanya peduli diriku dan ku tak mau tahu rindu-Mu. Bahkan ada sebuah buku yang berkata begini "kita berpikir bahwa kita sudah melakukan yang terbaik, tetapi nyatanya kita hanya melakukan semuanya itu karena keinginan kita dalam hal pelayanan sekalipun. Saya jadi ragu dengan beberapa waktu yang sudah saya lewati dan yang sudah saya lakukan. Saya mungkin bisa saja memiliki alasan bahwa saya melakukan semuanya untuk pelayanan dan itu yang terbaik. Tidak sepenuhnya kayaknya. Ada beberapa hal yang harus di perbaiki dan yang harus di perbarui (itu sesuatu yang rahasia).

Lalu apa yang menjadi standar bagi kita untuk melakukan yang terbaik?
Pikirkanlah baik-baik apa yang kamu lakukan (Tuhan dan sesama serta diri sendiri), alasan Utama kamu melakukan hal tersebut, dan Allah sang Pencipta dimuliakan terhadap hal itu.

Hampir sebulan saya boleh melewati tanggung jawab di desa yang penuh dengan kebahagiaan bersama dengan mereka yang baik hati


Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah 😇

Kamis, 04 Juli 2019

Sepenggal Kisah Kunjungan


04 juli 2019


Ema (teman pelayanan saya) dan saya hari ini pergi kunjungan ke rumah jemaat. Sedikit ada kesalahan, kami salah masuk gang (agak jauh melangkah). Akhirnya, kami menemukan gang yang benar. Kami belum sampai di rumah mbah yang kami kunjungi sudah di sambut dari jauh. Senyum yang begitu tulus, itulah yang saya lihat dan rasakan. Sesampai didalam rumah, langsung di jamu (agak aneh sih, mungkin sebelumnya tidak pernah digitukan) tetapi itu sangat hangat.

Akhirnya tiba pada intinya, mbah bercerita dengan kami. Itu sangat menakjubkan, sesuatu yang tidak pernah bahkan jauh dari apa yang saya pikirkan tentang mbah.

Jadi begini…

Mbah ini, dulunya bukanlah seorang yang percaya dengan Tuhan Yesus. Mbah hidup dengan tradisi yang kuat dan dia setiap melangkahkan kaki dari rumah selalu menghitung langkah (entah apalah itu, katanya kaki kanan atau kaki kiri duluan yang melangkah), tetapi itu dulu. Mbah juga tidak suka dengan mahasiswa-mahasiswa yang kunjungan ke beberapa tetangganya (sperti yang kami lakukan sekarang ini). Tetapi semakin dia membenci dan tidak suka, malah semakin dia penasaran. Kata mbah, waktu itu dia sempat mengintip mahasiswa diluar yang sedang merangkul beberapa orang/memberitakan Firman Tuhan dari lubang bamboo rumahnya. Dia mulai merasa sangat nyaman, dia ingin diperlakukan seperti itu. Ada salah satu nyanyian yang membuat dia seperti di luluhkan hatinya  akhirnya, dia mulai mendekatkan dirinya dengan mahasiswa-mahasiswa yang pelayanan, akhirnya dia sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus (saya merinding dengarnya temans). Tetapi, dia dicibir banyak orang (namanya juga pengikut Yesus selalu aja ada tantangannya). Tidaklah mudah, bahkan keluarganya masih belum percaya kepada Yesus. Namun, mbah mengisahkan bahwa meskipun dia tidak harus memaksa keluarganya percaya Yesus, mbah terus berdoa dan percaya. Akhirnya suaminya menerima Yesus sebagai Juruselamat dan anak-anaknya juga. Dan sampai sekarang, mereka terus percaya Yesus. Kisah yang sangat memberkati.

“hidup mbah dan keluarga sangat tidak baik dulu, hidup didalam ketidakpastian, namun setelah percaya Yesus Kristus semuanya di berkati Tuhan, semuanya bahkan berkelimpahan” tambah mbah mengakhiri obrolan kami.

Semoga kisah ini memberkati kita


Tuhan Yesus memberkati

Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah

Selasa, 02 Juli 2019

Yang ku tahu

Awalnya, saya cukup tidak memiliki kepastian dengan apa yang saya putuskan untuk melakukannya. Saya hanya memaksa diri saya melawan semua kekuatiran, ketakutan, dan keterbatasan saya. Tetapi, waktu membawa saya sadar (waktu Tuhan yang baik). Memang, setiap waktu yang saya lalui tidaklah lancer, tidaklah semua sama seperti yang saya pikirkan atau rencanakan. Tetapi, yang saya tahu semuanya lebih dari apa yang saya pikirkan.. Itulah yang terjadi, itulah yang saya alami. Tuhan begitu baik, semuanya baik bahkan disaat masa sulit saya sekalipun (kebaikan Tuhan nyata).

Pernah merasakannya?
atau masih belum sadar akan hal itu?
Percayalah, Tuhan baik. Baik bagi saya, kamu, dan kita semua.

Yang ku tahu adalah ketidaktahuan saya tentang rencana indah Tuhan (namun telah terjadi di setiap waktu hidup saya)


Tuhan Yesus memberkati

Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah 😇

Minggu, 12 Mei 2019

Menyerah dan Berserah

Dalam menjalani hidup ini, kata berserah dan menyerah adalah dua kata yang bersama-sama menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang ada dalam diri kita.

kata menyerah seakan-akan tidak ada yang bisa dilakukan,semuanya sudah berakhir dan semua pintu sudah tertutup. Menyerah bersifat Pasif, menganggap Tuhan tidak adil dan kehilangan tuntunan hati nurani. 
Sedangkan kata berserah adalah ketika sudah melakukan semaksimal mungkin sesuatu hal dan berserah penuh kepada Tuhan akan apa yang sudah dilakukan. Berserah bersifat aktifdan selalu mengandalkan Tuhan, dan tidak kehilangan tuntunan hati nurani.

Bukan suatu hal yang mudah untuk kita menghadapi setiap masalah yang diperhadapkan bagi kita. Entah kita pilih untuk menyerah atau berserah, namun itu suatu keputusan yang cukup rumit.
Akan tetapi, bukankah lebih baik jika kita memilih untuk berserah?

Buat kita yang mungkin pernah memilih untuk menyerah dalam suatu keadaan yang sulit,
ayo bangkit lagi. Mulailah dengan berserah dan Dia yang berkuasa akan hidup ini akan bertindak melakukan sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan, kita lihat, dan kita dengar. Bagi Dialah segala pujian, hormat, serta kemuliaan. Amin

Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah 😊😊


Rabu, 17 April 2019

Jalan yang penuh dengan kerikil tajam

Saya sedang melangkahkan kaki, menuju tempat yang sama setiap minggunya untuk melakukan hal yang sama setiap minggunya juga (sama namun dengan cara yang berbeda melaluinya). saya memantapkan langkah kaki saya, sayangnya saya tetap merasa sakit di telapak kaki saya. Why? Saat itu sedang hujan, saya harus melepaskan sepatu saya dan melangkah dengan kaki telanjang. Artinya telapak kaki saya bersentuhan langsung dengan apapun yang ada yang saya injak termasuk kerikil. Ya, kerikil ini tajam dan sakit bagi saya, saat telapak kaki saya tepat diatasnya.

Well, maksud saya dalam hal ini sebenarnya bukan tentang kerikil yang sedang menyiksa kaki saya, tapi kerikil dalam artian permasalahan yang saya rasakan dalam menjalani hidup ini?


Mengapa harus ada kerikil tajam?


Beberapa hal yang perlu saya tanyakan didiri saya dan kepada beberapa sahabat saya. Sayangnya, saya tidak mendapat jawaban apa-apa. Seperti pada umumnya, hanya ada kalimat “Tuhan tahu apa yang kamu rasakan, Dia mempunyai maksud membiarkanmu merasakan dan menginjak kerikil ini”. Saya menerima kalimat ini tetapi saya tidak menganggap ini sebuah jawaban, toh tidak mengubah pikiran dan memberi jalan keluar bagi saya. Saya masih tetap sedih dan meneteskan air mata.

Beberapa waktu yang saya lalui dengan kerikil tajam yang saya injak ini, saya mencoba menemukan alas kaki yang paling tebal agar tidak merasakan sakit akibat dari kerikil tajam ini, tetapi saya tidak mendapatkannya. Sampai akhirnya, seseorang mengingatkan saya meskipun sebenarnya saya sudah bahkan selalu melakukan hal yang sama seperti yang seseorang ini sarankan. Dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta dalam doa dan membaca kebenaran Firman-Nya. Tetapi ada yang berbeda, saya mungkin selama ini melakukannya tidak dengan sungguh-sungguh. Saya melakukannya dengan berat hati, dan hanya membenarkan diri saja. Bukan meminta Tuhan untuk menolong dan mengajarkan ketetapan-Nya dalam hidup saya.

Saya, mengambil komitmen (okay, ini bukan masalah yang mudah, saya harus memulai semuanya dari awal), saat saya memulai doa saya, saya yang dulu langsung menangis dan menyalahkan keadaan, kini harus memulai dengan ucapan syukur. Saya yang dulu saat doa selalu bertanya mengapa? Kini dengan mengucapkan kata-kata “ajarkanlah saya ketetapan-Mu”, saya yang dulu saat doa dengan mendikte yang Maha kuasa, seolah-olah saya yang tahu semuanya, kini harus tunduk kepada-Nya dengan berkata “Kehendak-Mulah yang terjadi”.

Untuk mengubah semuanya ini, bagi saya sulit. Saya harus sepenuhnya menundukkan keakuan saya dihadapan-Nya. menundukkan kemahatahuan saya (yang sesungguhnya saya tidak tahu apa-apa), dan harus bungkam ketika saya menyadari bahwa Dialah yang berkuasa atas hidup saya dan semesta ini.

Puji Tuhan, berjalannya waktu, saya menemukan diri saya. Saya sebenarnya adalah anak yang dikasihi-Nya. Saat itu dan sampai sekarang, kebenaran-Nya itu menguatkan saya. Begini “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Ny, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak” (Ibrani 12:6). Saya sadar, saya mulai berbesar hati dengan semua kerikil tajam yang saya injak selama ini, yang menyakiti saya. Tuhan mengasihi saya dan Tuhan sedang mendidik saya dan memperingatkan saya menjalani hidup saya. Dan itu benar, saya membayangkan jika Tuhan tidak membiarkan saya menginjak kerikil tajam ini, saya mungkin tidak akan pernah bisa membantu orang lain untuk memperingatkan dan menyadarkan mereka dengan jalan yang mereka sedang injak. Atau mungkin saya akan terlalu nyaman dengan jalan saya yang akhirnya saya akan terus melangkah namun dengan arah yang salah.

Tuhan sedang membuat saya bertekun dalam iman,  bukan karena kemauan saya. Namun, karena kuasanya yang mengubah saya, hati saya, pikiran saya, dan semuanya yang salah didalam diri saya. Dia membuat saya agar tidak lupa bersyukur, berdoa, dan merenungkan kebenaran Firman-Nya dalam hidup saya.

Saya, tidak tahu seberapa sakitnya anda dan saya sekarang disakiti oleh kerikil tajam di hidup ini, tetapi yang pasti Tuhan sangat mengasihi anda dan saya. Dia sedang mempersiapkan anda dan saya untuk sesuatu yang besar, entah itu diatas bumi atau didalam surga. Amin


Tuhan yesus memberkati


Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah


Selasa, 05 Februari 2019

sahabat

Betapa bahagianya, ketika kita mendapati orang-orang baik yang ada disekitar kita ketika kita dalam keadaan dilemahkan oleh kerasnya kehidupan ini (yang sebenarnya sih, kita tidak boleh dilemahkan oleh keadaan kita 😫). Adanya banyak yang membuat kita kehilangan, akan keadaan-keadaan yang sesungguhnya kita mampu dan masih bisa untuk bertahan dan mengucap syukur akan hal itu.

Kehadiran seseorang, akan membawa kehangatan dalam hidup kita. Dalam setiap tantangan yang kita hadapi, kehadiran seseorang yang memberi dukungan emosional dan pertolongan yang mungkin terlihat sederhana, namun sangat membantu kita untuk tetap bertahan dalam keadaan kita tersebut.

at Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara, Malang

Namun, pernahkah kita menyadari akan kasih Tuhan dalam kehidupan kita, dalam keadaan kita yang membutuhkan kehadiran dan pertolongan orang lain? Jika kita tiba-tiba didatangi oleh seseorang yang mau menolong  dalam bentuk apapun, itu adalah karya Tuhan untuk membantu kita berdiri. Namun, seberapa seringkah kita menyadari akan hal itu? atau mungkin kita menganggap itu sebuah hal yang biasa, sehingga kita tidak bersyukur akan hal itu.

Dengan adanya teman, kita mampu menghadapi kehidupan ini. Melalui mereka, Tuhan memakai mereka untuk memberi dukungan bagi kita disaat keadaan yang tidak mengenakkan kita. Disaat sudah menyerah dan tidak mampu berdiri lagi, mereka akan Bersama-sama membantu untuk mengangkat kita.

Namun sebaliknya, pernahkah kita juga menjadi sahabat bagi orang yang membutuhkan kita. Maukah kita menjadi jawaban Allah untuk menolong orang lain?

Saya bersyukur, dalam hidup saya sampai sekarang. Tuhan mengirimkan teman-teman yang baik, yang melalui mereka Tuhan menjawab doa-doa saya.

Pengkhotbah 4:10 "Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya"

Sudah kita menjadi jawaban bagi orang lain untuk menunjukkan kasih Tuhan kepada sesama?

Jadilah jawaban doa bagi sesama melalui hubungan yang baik dengan orang lain. Jadilah teman yang baik, yang selalu memberi dukungan bagi sesama dan tetap berusaha untuk merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita.

Untuk mereka, terima kasih teman-teman yang telah menjadi jawaban doa-doa saya, yang memberikan saya dukungan, bahkan untuk teman-teman yang membantu saya untuk boleh menjalani proses yang mungkin tidak saya inginkan, namun melalui keadaan itu, saya mampu berpikir lebih baik akan hidup ini. Dan melalui teman-teman juga, saya boleh menuangkan kasih saying saya keteman-teman dan begitupun sebaliknya.

Tuhan Yesus memberkati setiap perjalanan kehidupan didunia ini, Bersama-sama untuk menjadi yang terbaik didalam Kristus Yesus. Amin

Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah



Jangan lupa bersyukur dan berbahagialah


Sepenggal dari keseluruhan

Seusai dari kekacauan yang terjadi, oleh karena keadaan sulit yang tidak diterima dengan baik, akhirnya memilih untuk melepaskan semuanya. B...